Nama : Umi Kurniasih
TTL : Jember 11 juli 1979
Alamat : Desa Pilang No.15 RT. 05 RW. 02,Pilang, Wonoayu, Sidoarjo
Pendidikan Terahir : S-1 Tata Busana UNESA
E-mail : kurniayasin@gmail.com
Suami : M. Yudittia Yasin
Anak : - M. Lionel Kenzie Syah Yasin
- Luigi Ahza Mahardika Yasin
Cita-cita : Just want to be a great wife and a great mommy
Jumat, 28 Februari 2014
materi memilih bahan baku busana
1)
Pengenalan
Bahan Tekstil
Setiap
kali Anda melihat kain, Anda selalu ingat
dengan istilah bahan tekstil. Apa yang dimaksud dengan bahan tekstil? Bahan
tekstil adalah semua bahan yang berupa tenunan (woven) dan bukan tenunan
(non woven) yang digunakan untuk membuat berbagai jenis busana dan lenan
rumah tangga.
Pada
umumnya bahan tekstil dapat dikelompokkan dalam 2 kelompok besar berdasarkan
fungsinya, yakni:
a)
Bahan
Utama
Bahan utama
adalah bahan yang paling banyak digunakan dalam pembuatan suatu busana atau lenan
rumah tangga. Bahan utama sangat berperan bagi penampilan dan mutu suatu busana
atau lenan rumah tangga.
Dalam dunia
pertekstilan Anda mengenal beraneka ragam bahan tekstil yang indah dan menarik.
Bahan tekstil/kain ini telah melalui suatu proses yang panjang hingga sampai ke
konsumen.
b)
Bahan
Pelengkap/Garnitur Busana
Bahan
pelengkap/garnitur busana adalah semua jenis bahan yang digunakan untuk
melengkapi suatu busana atau lenan rumah tangga. Menurut fungsinya bahan
pelengkap dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1)
Menyempurnakan; sebagai bahan pelapis,
pengisi, dan pembentuk antara rambut kuda, spons, fliselin dan bantal bahu.
2)
Melengkapi/Menghias, antara lain;
(a)
Macam-Macam
Kancing
(b)
Macam-Macam
Pita
(c)
Macam-Macam
Renda
(d)
Macam-Macam
Benang
(e)
Macam-Macam
Bahan Aplikasi
c)
Penggolongan
Serat Tekstil
Serat
tekstil digolongkan berdasarkan jenis serat, yaitu, serat alam dan serat
buatan. Serat alam telah lama dikenal, sedangkan serat buatan dikenal pada
permulaan abad ke-19. Serat buatan mengalami perkembangan pesat dalam
pengolahan dan penyempurnaan dari masa ke masa.
Bagan Penggolongan Serat Tekstil
![]() |
Konstruksi Bahan Tekstil
Konstruksi
suatu bahan tekstil menentukan berat jatuhnya bahan (drape), keawetan
dan tekstur bahan. Ada
metode dasar konstruksi bahan, yaitu:
a)
Tenunan
(woven)
b)
Rajutan
(knitted)
c)
Anyaman
d)
Buhul
e)
Kaitan
f)
Renda
g)
Kempa
h)
Bahan
tidak ditenun (non woven)
a)
Tenunan
(Woven)
Kalau
Anda memperhatikan
selembar kain, maka Anda akan mengetahui arah panjang dan lebar kain, serta
pinggir kain atau tepi kain. Ketika Anda mengamati kain dengan lebih teliti
maka Anda bisa melihat kain dengan lebih teliti maka Anda bisa melihat susunan
benang-benang yang sejajar dan searah dengan tepi kain dan benang-benang yang
melintang.
Benang-benang
yang sejajar pinggir kain disebut dengan Benang Lusi. Sedangkan benang
yang melintang disebut dengan Benang Pakan. Benang lusi dan benang pakan
saling menyilang satu sama lain.
b)
Rajutan
(Knitted)
Berbeda
dengan kain tenun yang dibuat dengan menyilangkan dua macam benang yaitu benang
lusi dan benang pakan, maka kain rajut pada dasarnya dibuat dengan cara
membentuk sengkelit-sengkelit. Dari satu macam benang saja yang searah dengan
lebar kain atau yang searah dengan panjang kain.
Apabila
Anda mengamati selembar kain rajut, Anda akan melihat alur-alur pada kain itu
baik ke arah panjang kain maupun ke arah lebar kain. Alur-alur ini terbentuk
oleh rangkaian sengkelit. Menurut arah alur tersebut istilah baris sengekelit (wale)
dan deret jeratan (course), baris sengkelit(wale) adalah satu deretan sengkelit
ke arah panjang kain yang dalam pembuatannya dibentuk oleh sebuah jarum.
Sedangkan deret sengkelit (course) adalah satu deretan sengkelit rajut ke arah
lebar
c)
Anyaman
Anyaman
bukanlah suatu hasil tenunan, tetapi dibuat dari satu susunan benang yang
disilangkan miring dari kiri ke kanan dan kembali lagi. Anyaman ini bisa
dikerjakan dengan tangan ataupun mesin.
![]() |
Gambar
2.7 Hasil anyaman
Bahan
anyaman bisa Anda buat dari beraneka bahan. Asal bahan itu tidak mudah putus dan
pipih serta lentur maka bahan itu bisa dianyam, misalnya: kulit, benang,
plastik, rafia, bambu, rotan, dan bahan alami yang lain, seperti rumput,
rumputan, mendong, agel, enceng gondok yang sudah dikeringkan, pelepah pisang,
akar wangi dan sebagainya.
Hasil
dari anyaman bisa berupa tas dari kulit yang dianyam, anyaman kain, plastik,
sepatu, rompi, atau garnitur busana dan pelengkap busana. Juga untuk lenan
rumah seperti taplak meja, alat rumah tangga misalnya alat dapur, hiasan
dinding, kerajinan tangan dan sebagainya.
Anyaman
dapat dibuat dalam bentuk pipih atau bulat, misalnya veterband, tali sepatu dan
ikat pinggang.
d)
Buhul
Salah
satu teknik membuat kain adalah membuat buhul atau simpul. Contoh dari buhul
adalah macrame dan filet. Teknik macrame berasal dari Arab. Pada mulanya hanya
berupa simpul-simpul yang sederhana, tetapi kemudian berkembang dengan variasi
antara simpul-simpul tersebut dan menghasilkan motif yang bermacam-macam. Buhul
terdiri dari dua kali simpul, yang pertama disebut setengah buhul. Kedua,
setengah buhul lagi yang menguatkan ikatan setengah buhul pertama sehingga
tidak terlepas. Motif buhul bisa merupakan garis-garis horisontal, vertikal dan
diagonal. Dari rangkaian buhul tersebut dapat dihasilkan bermacam-macam barang
kerajinan dan aksesori busana, seperti tas, ikat pinggang, rompi (vest),
syal/selendang dan sebagainya.

Gambar 2.8 Contoh hasil
buhul/makrame
e)
Kaitan
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan hasilnya
dinamakan crochet (kaitan). Kaitan dibuat dari benang kait, misalnya
benang wol, benang akrilik, benang katun, benang nilon maupun jerami (raffia) dan lainnya.
Mengait menggunakan jarum kait (haak-pen/Belanda, Crochet needle/Inggris)
dari ukuran kecil sampai besar, disesuaikan dengan benang yang dipergunakan. Jarum
kait yang kecil (jarum bernomor kecil) dipakai benang yang kecil (halus). Benang
yang besar menggunakan jarum kait yang besar (jarum bernomor besar).
Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah dari 0.60
sampai dengan 7.00. Contoh hasil kaitan ialah blus, vest (rompi), selendang, taplak meja, seprei, tas, topi, dan
lainnya.
Ada
bermacam-macam kaitan antara lain:
·
Kaitan Biasa
·
Kaitan Tunisia
·
Kaitan Irish
·
Kaitan Amerika
·
Kaitan Renda
f)
Renda
Yang dimaksud dengan renda di sini adalah kain renda (lace),
yang dibuat dengan tangan ataupun dengan mesin. Dalam rumah tangga dipergunakan
untuk taplak meja, tirai jendela, sebagai pakaian (dress/gaun), pakaian dalam (lingerie),
dan saputangan. Corak kain renda dapat terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang
merupakan dasar dan bagian lainnya merupakan sekelompok motif-motif tertentu,
misalnya motif bunga. Benang linen biasanya dapat dibuat renda yang nyata
(dengan benang besar), yang dikerjakan dengan tangan atau mesin. Tetapi, benang
kapas, rayon, nilon, atau sutra dibuat dengan mesin. Ada beberapa macam renda, yaitu filet,
renda simpul (frivolite), dan tula
(tulle).
g)
Kempa
Biasanya dibuat langsung dari serat wol. Bulu-bulu pada permukaan
tenunan, ikatannya kurang kuat, sehingga dapat bebas bergerak pada bulu benang
sebelah dalam. Serat wol akan menggelembung dalam air dan saling
mengait/menjerat satu sama lainnya dan akan tetap dalam keadaan demikian ketika
dikempa.
Karena obat kempa dan proses kempa, bulu wol akan menyusut,
sehingga tenunan menjadi padat. Padat eratnya tenunan dipengaruhi oleh obat
kempa, juga oleh kelembaban dan kenaikan suhu (panas) yang dipergunakan dalam
proses kempa.
Contoh kain yang dikempa adalah laken sedangkan serabut
yang dikempa ialah felt.
h)
Bahan
Tidak Ditenun (Non Woven)
Ada beberapa konstruksi bahan atau proses yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai rajutan ataupun tenunan. Non-woven dibentuk dari
serat-serat yang dilumatkan, direkatkan atau dicampurkan bersamaan dengan bahan
kimia, uap pemanasan (thermal) atau dengan cara mekanis.
2)
Penyempurnaan
Bahan Tekstil
Proses
penyempurnaan (finishing) dapat didefinisikan sebagai pengerjaan serat, benang,
atau kain yang ditujukan
untuk
mengubah penampilan, pegangan, dan daya guna/fungsi dari bahan-bahan tersebut.
a.
Penyempurnaan penampilan bahan dapat berupa pewarnaan yang sama
dan merata pada seluruh permukaan bahan (pencelupan), atau pewarnaan satu warna
atau lebih pada tempat-tempat tertentu pada permukaan bahan (pencapan).
Permukaan bisa menjadi mengkilap, berkerut-kerut, atau lainnya.
b.
Penyempurnaan pada pegangan bahan dapat berupa pegangannya menjadi
lemas, penuh, kaku, atau lainnya.
c.
Penyempurnaan daya guna bahan berupa beberapa sifat khusus,
misalnya bahan menjadi tidak kusut, tidak tembus air, tidak tembus udara, tahan
api, dan sebagainya.
Hasil dari proses penyempurnaan tekstil ada yang bersifat
sementara, artinya dengan sekali atau dua kali pencucian akan hilang, dan ada
yang bersifat permanen artinya baru hilang setelah berkali-kali dicuci.
(1) Menghilangkan Kanji
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kanji
atau zat penguat yang diberikan pada benang lusi yang akan ditenun. Adanya
kanji atau zat penguat akan mengganggu pengerjaan penyempurnaan selanjutnya
yang berakibat hasil prosesnya kurang/tidak sempurna. Zat-zat penghilang kanji
tersebut dapat berupa asam sulfat atau enzim yang mampu melarutkan kanji
sehingga untuk selanjutnya mudah dihilangkan dengan pencucian.
(2) Menghilangkan Lemak
Proses
ini bertujuan melepaskan zat perekat alam serisin dari filamen serat sutra.
Penghilangan tersebut terdiri atas pemanasan dalam larutan alkalin atau larutan
sabun. Proses ini juga digunakan untuk menghilangkan minyak-minyak yang
terdapat pada serat-serat buatan.
Proses pemasakan bertujuan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran dan zat-zat yang terdapat pada bahan tekstil, yang dapat
mengganggu/menghambat proses-proses penyempurnaan selanjutnya.
(3) Mengelantang (Bleaching)
Pengelantangan merupakan proses penghilangan
atau perusakan secara kimia zat warna atau pigmen alamyang terkandung dalam
serat, sehingga bahan menjadi putih bersih. Proses pengelantangan dilakukan
apabila:
·
Bahan yang
dikehendaki berwarna putih bersih, misalnya kain putih, pakaian putih, kain
seprai, sarung bantal, dan sebagainya.
·
Bahan akan
dicelup atau dicap dengan warna-warna muda dan cerah, misalnya merah, kuning,
orange, dan sebagainya. Proses pengelantangan yang dilakukan untuk tujuan ini
bersifat setengah putih, terutama dilakukan pada bahan yang terbuat dari serat
alam atau campuran
3)
Penyelidikan
Bahan Tekstil
a)
Pengamatan
Secara Visual
Dengan
memperhatikan, meraba, mengepal sehelai kain saja mungkin belum dapat secara
angsung diketahui sifat-sifatnya, demikian juga dengan asal seratnya. Hal ini
disebabkan karena kemajuan teknik penyempurnaan bahan tekstil, sehingga sering
tidak dapat dibedakan antara kain yang asli dengan yang tiruan.
Beberapa
pengamatan secara visual tentang sifat yang perlu diketahui untuk menentukan
jenis serat adalah sebagai berikut.
(1)
Panjang
serat
Untuk
penelitian asal serat sehelai kain, perlu dicabut sehelai benang untuk
diperiksa kemungkinan golongan seratnya.
(2)
Kekuatan
serat
Serat sutra
adalah serat yang terkuat diantara serat-serat lainnya seperti nilon, wol dan
kapas. Dalam keadaan basah, serat rayon berkurang kekuatannya, sedangkan serat
kapas akan lebih kuat daripada dalam keadaan kering.
(3)
Kehalusan serat
Serat
sutra adalah serat yang terhalus di antara serat-serat asli yang lain seperti
serat sintetis dan serat rayon.
(4)
Kilau serat
Serat
kapas kurang berkilau kecuali dimerser. Serat linen kilaunya bagus dan jelas,
kilau serat sutra sangat bagus dan lembut, serat rayon berkilau tajam seperti
logam, sedangkan serat wol tidak berkilau karena bergelombang.
(5)
Keriting serat
Serat
wol adalah satu-satunya yang memiliki keriting asli, ini menyebabkan kain wol berpori
sehingga mempunyai sifat penyekat panas.
(6)
Daya lentur
Serat
wol berdaya lentur besar, demikian pula serat sintetis dan serat sutra. Serat
selulosa tidak memiliki daya lentur yang baik, tetapi dapat diproses sehingga
berdaya lentur yang besar, contohnya proses pembuatan bahan mulur (stretch).
(7)
Daya serap air dan udara
Serat
wol berdaya serap sampai 40% tetapi belum terasa basah, daya serap serat sutra
sampai 30%, linen 20% kapas 8,5%.
Bila
usaha mencari asal serat tekstil belum ditemukan dengan cara memerhatikan
serat-seratnya, dapat dilakukan dengan mempergunakan bantuan alat mikroskop.
Tiap-tiap serabut kalau diperbesar 100 x akan menunjukkan bermacam-macam
gambaran penampang serat-seratnya baik gambar penampang melintang ataupun
membujur dari setiap serat tekstilnya.
·
Cara memutuskan benang. Apabila berasal dari serat kapas, benang
mudah diputus karena berserat pendek. Serat linen benangnya sukar diputus.
Serat wol bersifat lentur, bila diputus akan memanjang dulu/elastis, ujung
benang seperti spiral (berombak). Serat sutra juga bersifat lentur, ujung
benangnya halus dan tidak berumbai. Serat rayon mudah putus, dan ujung benang
bercabang.
·
Cara lain untuk mengetahui asal serat adalah dengan menggunakan
bahan kimia, yaitu sebagai berikut.
-
Asam sulfat melarutkan serat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
-
Kaustik soda (soda api) melarutkan serat yang berasal dari hewan,
seperti wol dan sutra.
-
Kupramonium melarutkan kapas.
-
Aseton melarutkan kain asetat.
-
Fenol 90% melarutkan nilon.
b)
Penyelidikan
Dengan Uji Pembakaran
Uji pembakaran adalah untuk mengetahui secara pasti serat-serat
yang tidak dikenal. Percobaan dengan pengujian yang paling mudah untuk
dilakukan adalah dengan pembakaran.
Prosedur ini memerlukan ketelitian dan secara singkat menyalakan
seberkas serat, atau potongan kecil bahan, sambil mengamati proses pembakaran
sebelum memadam-kan apinya. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.
(1)
Serat-serat protein
Serat-serat
seperti wol, rambut/bulu binatang lainnya dan sutra akan segera mengeriting
oleh api dengan sedikit meleleh, terbakar dengan lambat, meninggalkan butiran
abu hitam yang lembut padat, bisa diremuk, dengan berbau seperti rambut yang
terbakar. Wol akan padam segera setelah sumber apinya dialihkan.
(2)
Serat-serat selulosa
Jenis
serat ini yaitu katun, linen/flak dan rayon. Pengapian dilakukan dengan segera
hingga serat terbakar dengan cepat, dan tercium bau seperti kertas yang
terbakar. Abu yang ditinggalkan lembut seperti bedak. Rayon akan terbakar tanpa
nyala atau meleleh sehingga tidak meninggalkan butiran seperti plastik, sisanya
hanya bulu kapas ringan.
(3)
Asetat dan sintetis
Bahan
ini meleleh langsung dari api sebelum terbakar dan meninggalkan butiran abu
hitam, bentuknya tidak rata dan rapuh, baunya seperti asam cuka. Poliester
mengerut dengan api, lelehannya akan meninggalkan butiran bulat yang keras
berwarna abu-abu atau coklat, berbau kimiawi. Nilon seperti di atas
meninggalkan butiran abu-abu yang keras, susah diremuk, berbau seperti daun
seledri. Pengujian lain untuk asetat adalah dengan menggunakan larutan aseton
(cairan yang biasa dipakai untuk menghilangkan cat kuku). Aseton menghancurkan
asetat dan melarutkan serat-serat bila dikenakan pada bahan tekstil.
Serat-serat
anorganik tidak terbakar. Walaupun begitu, lapisan poliester yang dipergunakan
di atas adalah metalik yang akan terbakar.
c)
Pengamatan
Dengan Meraba
Permukaan bahan yang halus mencerminkan permukaan yang lebih
ringan daripada permukaan buram, kusam, atau berbulu, sehingga pengamatan visual
dihubungkan dengan sesuatu yang dapat diraba (tactile). Benda-benda yang
"terasa" halus juga "kelihatan" halus.
Pengamatan dengan meraba ada 2 macam, yaitu:
(1)
Yang dapat diraba (tactile)
Perubahan-perubahan
pada permukaan bahan-bahan karena pengaturan dari benang-benang individual
pada tenunan atau rajutan dapat dirasakan di kulit. Dengan rabaan dapat
dirasakannya lembut, kasar, jatuhnya bahan (drape), atau kaku dan berat.
(2)
Yang dapat didengar (audible)
Gesekan
dapat diciptakan oleh permukaan bahan dengan saling menggosokkan sehingga dapat
didengar, misalnya gemersik dari sutra taffeta.
1. Pengenalan Bahan Pelengkap Busana
Pelengkap (aksesori) busana adalah
detail-detail yang dipasang pada permukaan busana. Bisa dipasangkan pada
permukaan busana sebelum bahan dipotong, pada bagian-bagian busana sebelum
dijahit, atau setelah busana selesai dijahit.
Garnitur
(Trimmings), bisa sebagai unsur
dekoratif (hiasan) atau unsur fungsional (kegunaan), ataupun keduanya. Segala
yang dapat dipindahkan tanpa menganggu struktur dasar busana, seperti memasang
monte, aplikasi dan bordir, adalah unsur dekoratif dan menambah nilai
penampilan diri desainnya. Sedangkan kancing-kancing dan tutup tarik adalah
unsur fungsional, sebab mereka penting untuk memudahkan mengenakan dan melepas
busana, serta juga bisa menambah perhatian pada desainnya.
Baik unsur dekoratif atau unsur
fungsional, garnitur harus selalu dirancang sebagai bagian dari busana. Suatu
garnitur tidak harus selalu dipergunakan, kecuali akan menambah penampilan suatu
desain. Bobot serta ukuran
dari garnitur apa saja seharusnya selaras dengan bahannya.
Memilih bahan
pelengkap busana diperlukan ketelitian dan kecermatan. Pemasangan hiasan busana
dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi struktur suatu busana, kemungkinan
untuk dilepas dapat dilakukan.
2. Macam dan Fungsi
Bahan Pelengkap Busana
Macam-macam garnitur busana adalah
sebagai berikut:
a.
Aplikasi, adalah
bentuk-bentuk dekorasi yang dijahitkan atau dilem pada busana.
b.
Badge, bisa berupa
bordiran, atau terbuat dari metal yang biasanya dijahitkan pada busana, tetapi
beberapa mempunyai segelan/lem dibelakangnya yang disetrikakan di atas busana
supaya melekat.
c.
Bunga korsase (corsage), dapat dibuat dari bahan dasar
busananya, atau dibeli terpisah dan dipasangkan.
d.
Bulu burung dan
bulu imitasi (fake fur), terutama
dengan bulu imitasi bisa diperoleh macam-macam pola bulu kulit binatang.
e.
Bisban, potongan
serong bahan tetoron, satin yang dilipat yang dipergunakan untuk pinggiran,
untuk menggantikan kebutuhan lapisan singkap (facings).
f.
Pita-pita (ribbons), sepotong bahan dengan lebar
bevariasi, dengan tepian kain (selvage)
di kedua sisinya. Jenis pita antara lain: pita satin, pita bordir, pita strip
dua atau tiga warna, pita golt/silver (emas/perak).
g.
Renda sebagai
garnitur busana sudah dikenal sejak dulu kala. Seiring dengan semakin majunya
industri tekstil maka rendapun dewasa ini sangat bervariasi baik konstruksi,
bentuk maupun bahannya. Renda yang sering digunakan terbuat dari bahan katun,
sutera, nylon, polyester, dan sebagainya. Renda dapat dibuat dengan tangan atau
mesin. Beberapa macam renda seperti bordir dan renda air, privolite, renda
rajutan, renda elastik.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada waktu memiih renda untuk busana:
a Kesesuaian dengan desain busana, terutama cara penempatan hiasan
b
Kesesuaian
dengan tekstur, corak dan warna bahan
c Kesesuaian dengan jenis atau asal bahan.
Desain busana diperlukan
untuk memudahkan dalam pemilihan garnitur. Berdasarkan desain dapat ditentukan jenis, bentuk
garnitur, serta posisinya yang tepat.
Usahakan tetap menerapkan unsur-unsur dari azas desain terutama
keselarasan, perbandingan, keseimbangan dan pengulangan misalnya: busana yang
mempunyai krah yang kecil ukurannya tentunya diberi renda yang juga kecil
ukurannya.
Tekstur, corak dan warna garnitur sesuai dengan bahan busananya, misalnya
bahan silky jangan diberi renda atau
pita yang terbuat dari katun.
Warna hiasan dapat senada atau kontras dengan bahan busananya keserasian
harus tetap diperhatikan, misalnya bahan bersorak akan lebih baik bila diberi
renda/pita yang polos.
Asal bahan (serat) dari bahan busananya harus memiliki sifat yang sama,
sebab selain akan melihat keindahannya juga harus memperhatikan daya tahannya
dan cara pemeliharaannya, misalnya busana dari bahan satin sebaiknya dihias
dengan bahan katun pula atau bahan campuran seperti polyester.
a)
Jenis
Renda
Berdasarkan jenisnya renda dibagi menjadi
3 yaitu: renda bordir, renda air, privolite.
1) Renda bordir yaitu renda yang mempunyai tenunan dasar kemudian disulam
atau dibordir. Umumnya terbuat dari bahan katun dan polyester lebih kaku dan
agak tebal serta tidak tembus pandang.
![]() |
Gambar 2.1 Renda Border
2) Renda air, yaitu renda yang dibuat dengan mesin khusus (Jaguard) terbuat dari nylon, acetat dan polyester, tipis dan tembus pandang.
![]() |
Gambar 2.2 Renda Air
3) Privolite
renda yang dibuhul dengan tangan atau mesin khusus, terbuat dari katun atau polyester.
4)
Renda
rajutan atau kaitan, terbuat dari benang yang kasar seperti benang parel dari
katun atau polyester.

Gambar 2.3 Renda Rajutan
5) Renda
elastik yang terbuat dari nylon dan karet khusus dipasang pada bahan mulur (tricot, jersey). Renda elastik
mempunyai fungsi ganda yaitu selain sebagai hiasan juga penyelesaian pinggir
seperti pada pakaian dalam.
![]() |
Gambar 2.4 Renda Elastik
b)
Bentuk Renda
Bentuk renda ada 2 yaitu: renda pinggir dan
renda tengah.
1) Renda
pinggir yaitu letak motif hanya pada satu sisi sedangkan sisi yang lain tidak
bermotif yang merupakan bagian yang akan dijahit.
![]() |
Gambar
2.5 Renda pinggir
2) Renda tengah yaitu letak motif di
tengah dan kedua sisinya sama bentuk.
![]() |
Gambar
2.6 Renda Tengah
c) Lekapan
|
|||
![]() |
|||
Gambar 2.7 Lekapan
d) Jumbai-jumbai: adalah suatu
pinggiran tempel untuk menggantungkan benang-benang, kor dan monte-monte, yang
memberikan nuansa gerakan untuk suatu desain. Jumbai-jumbai
dari bahannya sendiri bisa dibuat dengan mencabut benang-benang yang melintang
pada pinggiran bahan, kemudian disetik kelim.
![]() |
Gambar 2.8 Macam-Macam Garnitur
e) Piping, sepotong lipatan bahan atau kor
yang dijahitkan pada pinggiran sebuah busana atau disisipkan menyembul diantara
dua kampuh jahit.
f) Bahan kontras, menciptakan efek
yang menarik dengan mengkombinasikan corak bahan dasar, warna, dan tekstur di
atas suatu busana. Penanganan yang cerdik termasuk
memberikan pelapis (lining) atau
singkapan (facing) dan sebuah busana
dengan bahan lainnya atau untuk efek yang lebih nyata, saku-saku, kerah dan
manset bisa dibuat kontras.
g) Krah bordir atau krah renda yang siap pakai (ready to use), model krah dan duduknya
krah yaitu krah tegak, setengah tegak, rebah.
3. Unsur Dekoratif dan Unsur Fungsional
Macam-macam garnitur sebagai unsur dekoratif atau unsur
fungsional, ataupun keduanya sebagai berikut:
a)
Kancing
Kancing pada suatu busana dikatakan
pelengkap yang mutlak ada untuk memudahkan menggunakan maupun melepas busana.
Fungsi kancing ada 2 yaitu kancing yang berfungsi sebagai penutup belahan dan
sebagai hiasan pada busana antara lain:
Kancing Tekan
Kancing tekan terbuat dari logam/plastik
yang terdiri dari 2 bagian kancing timbul dan bagian yang pipih. Kancing tekan juga banyak digunakan untuk
menyelesaikan busana wanita terutama blus dan kebaya. Dalam penyelesaian busana
yang halus dan berkualitas tinggi biasanya kancing tekan dibungkus dengan kain
yang tipis dan sewarna dengan bahan busanya.
Kancing Hak
Kancing ini terbuat dari logam, terdiri dari
dua bagian yang dipasang pada pertemuan ban pinggang rok atau celana.
Kancing Kait
Kancing kait lebih kecil daripada kancing
hak, terbuat dari logam. Dipasang
pada belahan seperti tengah muka, ukuran ada yang besar dan kecil. Terdiri dari
dua bagian yaitu pengait dan kaitan. Memasangnya dengan bantuan tusuk balut.
Kancing kait besar dipasangkan pada ban pinggang rok ataupun celana.
Ada jenis kancing
kait yang dipasangkan dengan cara ditanamkan pada ban pinggang, tanpa dijahit,
kancing kait tanam sering digunakan pada penyelesaian celana pria, ataupun
produk-produk pakaian jadi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan
kancing kait maupun kancing tekan ialah kancing tersebut tidak boleh kelihatan
dari luar.
![]() |
Gambar 2.9 Kancing Hak/Kait
Kancing Paku
Kancing ini terbuat dari logam, bentuk dan
ukurannya beragam sehingga fungsinya selain sebagai penutup belahan juga
sebagai hiasan. Salah satu
bagian nampak dari luar. Pemasangannya dengan bantuan alat atau dipres.
Kancing Hias
Kancing berfungsi sebagai penutup belahan
sekaligus hiasan adalah kancing hias. Kancing hias banyak jenis dan bentuk dan
warnanya. Penggunaan kancing hias berwarna harus mengutamakan keserasian dengan
warna pakaian. Dari segi ukuran kancing juga perlu disesuaikan. Kancing
berukuran besar untuk pakaian seperti jas, mantel pak blus, atau gaun yang
hanya memerlukan satu atau dua kancing, sedangkan untuk pakaian yang memerlukan
banyak kancing digunakan kancing yang berukuran kecil atau sedang. Kancing hias
dapat juga digunakan sebagai pusat perhatian pada suatu busana.
Macam-macam kancing hias:
· Kancing berlubang dua, lubang empat, lubang
empat ukuran kecil
Dipasangkan
pada kemeja pria maupun wanita sedangkan kancing berlubang dua ukuran besar
sering dipasangkan pada busana tailoring (jas, setelan, busana wanita).
· Kancing hias bertangkai dan tidak
bertangkai
Kancing hias jenis ini memiliki
banyak ragam bentuk, model, warna dan ukuran. Ada yang berbentuk bulat, kotak,
segi empat, panjang dan sebagainya. Macam-macam ukuran kancing no. 16, 18, 22,
24, 28, 32, 40.
Kancing hias jenis ini dapat
dipasangkan pada berbagai macam model busana wanita.
Bentuk dan ukurannya sangat beragam sehingga
selain berfungsi sebagai penutup juga sebagai hiasan. Asal bahan dari kancing
hias tersebut adalah: logam, polyester, pelastik, batu-batuan, gading/tanduk
binatang, kayu, bambu, tali kor (kancing Cina).
Bentuk kancing hias ada tiga yaitu:
berlubang dua, berlubang empat, dan berkaki.
|
|
|

![]() |
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
|
|||||||||
![]() |
|||||||||
Gambar 2.10 Macam-Macam Kancing
Ukuran diameter kancing
1. No. 14 diameter 1/3 inci
2. No. 16 diameter 3/8 inci
3. No. 18 diameter 7/16 inci
4. No. 20 diameter 1/2 inci
5. No. 22 diameter 9/16 inci
6. No. 24 diameter 5/8 inci
7. No. 30 diameter 3/4 inci
8. No. 36 diameter 7/8 inci
9. No. 45 diameter 11/8 inci
10. No. 55 diameter 13/8 inci
Kancing Bungkus
Kancing bungkus ialah dibungkus dengan kain. Kancing bungkus dibuat dengan
memakai alat lubang kancing atau dijahit dengan tangan. Kancing ini termasuk kancing
hias, pembungkusnya menggunakan perca bahan busananya. Bentuk kancing bungkus
ada yang bulat datar, bulat cembung dan berbentuk kerucut dengan berbagai macam
ukuran seperti pada kancing hias bertangkai. Kancing bungkus dapat pula di hias
dengan manik payet dan dipasangkan pada kebaya modifikasi dari busana pesta.
Kancing Cina
Kancing Cina
terbuat dari sejenis tali yang dibuat dengan teknik simpul dan buhul, sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.
b)
Tutup Tarik (Retsluiting = Belanda, Zipper= Inggris)
Tutup tarik atau
sehelai kain/plastik/polyester yang dilegkapi gigi dan tarikan sehingga dapat
dibuka dan ditutup. Fungsinya adalah sebagai penutup belahan dan sebagai
hiasan.
Jenis tutup tarik
1)
Tutup
tarik satu arah, yaitu tutup tarik dengan gigi tarikan satu arah yaitu dari
bawah ke atas, umumnya dipasang pada bebe, rok dan busana anak-anak.
2)
Tutup
tarik plastik tanpa gigi, tarikan dari bawah ke atas biasanya dipasang pada
jaket atau mantel.
3)
Tutup
tarik yang bagian bawah terpisah, menyatukan ujungnya pada waktu busana sudah
dikenakan, contoh pada jaket/longtorso.
4)
Tutup
tarik hiasan dengan gigi yang kasar, biasanya dilengkapi dengan ujung tarikan
yang berbentuk bulat atau persegi.
![]() |
Gambar 2.11
Tutup Tarik
|
c)
Gasper (Kepala ban pinggang)
Pemakaian ban
pinggang pada busana biasanya dilengkapi dengan gasper, dipasang pada salah
satu ujung ban pinggang.
Fungsi dari gasper
ada dua, yakni: sebagai penahan/penguat pemasangan ban pinggang dan sebagai
hiasan busana. Gasper merupakan aksesori busana yang dipergunakan untuk
penutup/penguat maupun untuk dekorasi, bisa dipasangkan pada gantungan atau tab
(lidah pengencang) pada ikat pinggang dan lainnya. Kancing-kancing bisa
merupakan aksesori baik sebagai hiasan saja atau sebagai kegunaan (fungsional)
atau keduanya.
Jenis gasper
a.
Gasper
yang dilengkapi dengan pengait, berarti pula dilengkapi dengan mata itik, yaitu
lubang untuk memasukkan pengait gasper, terbuat dari logam, plastik, polyester, dan sebagainya.
b.
Gasper
tanpa pengait, tetapi dilengkapi penahan pada ujung ban pinggang. Bentuk dan
ukuran bermacam-macam terbuat dari plastik dan logam
c.
Gasper bungkus dengan/tanpa pengait
terbuat dari aluminium dibungkus kain atau kulit dengan bantuan alat press
gasper. Bentuk bulat, lonjong dan persegi.

Gambar 2.12 Gesper
d)
Pita Rekat (Nylon Tape = Adhesif Tape =
Inggris)
Pita rekat ini terdiri dari dua bagian,
salah satu bagian berupa duri-duri agak kasar, sedangkan bagian lain
berserabut. Menutup dengan cara merekat satu sama lain dan menarik bila akan
membukanya.
Fungsi pita rekat adalah: untuk menutup
belahan, untuk memasang bantal bahu, dan untuk menguat ban pinggang, dan
sebagainya.
Jenis pita rekat ada dua, yakni: berupa pita
yang dapat dibeli meteran sesuai kebutuhan lebar antar 1-3 cm, dan bentuk
geometris (menyerupai kancing) yaitu bulat persegi dan segi tiga. Pemasangannya
dengan bantuan jahitan balut dan perekat (lem) khusus.
e)
Elastik
Elastik yang
merupakan pelengkap pada pembuatan busana yang terbuat dari karet campuran.
Fungsi elastik, yaitu: untuk memudahkan mengenakan dan menanggalkan suatu
busana sebagai hiasan dan memberi bentuk tertentu dan kelonggaran pada busana.
Jenis elastik,
yakni: berupa benang jahit, biasanya dipasang pada manset busana anak, berupa pita
(pipih) lebarnya antara 0,5–10 cm ban pinggang,
berupa tali kor
atau bulat, renda elastik
yang menyerupai renda untuk
penyelesaian pinggir suatu busana yang terbuat dari bahan mulur (streatch) juga berfungsi sebagai hiasan.
![]() |
Gambar 2.13 Elastik
f)
Bantalan Bahu (Padding)
Bantalan bahu (padding) merupakan pelengkap pada
pembuatan busana yang terbuat dari busa dan kapas.
Bantalan bahu
(padding) berfungsi untuk memberikan/meninggikan bahu agar bentuknya lebih
baik.
1) Bantalan bahu yang khusus
dipasangkan pada pembuatan jas
Bantalan
bahu ini terbuat campuran serabut wol
dan serabut kapas yang beberapa lapis. Dipergunakan di bawah lapisan vuring,
sehingga tidak nampak dari luar.
2) Bantalan bahu yang khusus
dipasangkan pada blus, gaun yang berlengan. Bantalan bahu ini terbuat dari busa
dengan beberapa ukuran ketebalan yaitu tebal 1 cm, 1½ cm, 2 cm, 3 cm, 5 cm.
|
Gambar 2.14 Peding Mangkok
Pemilihan bantalan
bahu disesuaikan dengan bentuk bahu orang yang dibuatkan pakaian. Bentuk bahu
yang turun (curam) sebaiknya memilih bantalan bahan yang tebal agar bahu
terlihat landai (bidang). Sedangkan bahu yang landai dapat memilih bantalan
bahu yang tipis. Sebelum dipasangkan pada busana bantalan bahu yang terbuat
dari busa harus dibungkus dangan kain tipis (bahan furing) sewarna dengan bahan
busananya.
g)
Kom/Mungkum
Kom merupakan pelengkap pada pembuatan
busana yang terbuat dari busa angin, vielt,
dacron. Kom khusus dipasangkan pada
bagian dada model busana streples.
Fungsi kom yaitu untuk membentuk
payudara yang kurang sempurna agar kelihatan berisi.
h)
Balein
Balein merupakan pelengkap busana yang
terbuat dari logam, plastik dan rotan yang ditipiskan berbentuk batang yang
lentur. Fungsi balein yaitu sebagai bahan pengisi untuk membentuk dan
menegakkan, sering dipasang pada sekeliling bagian bawah mungkum, di bagian
sisi, di bagian kiri kanan dari batas pinggang ke atas dan ke bawah sampai
batas panggul. Cara pemasangan balein dapat dijahit atau disisipkan.
![]() |
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||
|
|||||

|
Gambar 2.15
Peding, Kom, Balein, Pita rekat
i)
Payet dan Manik-Manik
Pemilihan dan
pemasangan payet dan manik-manik dan sejenisnya terbatas pada busana tertentu.
Kesan yang ditimbulkan hiasan adalah mewah (glamour)
karena berkilau sehingga sesuai untuk busana pesta malam.
Warna jenisnya
tentu disesuaikan dengan jenis bahan busana. Payet dapat mudah diperoleh di
toko-toko, berupa untaian yang dijual meteran atau ditimbang.
Macam-macam bentuk
payet, yaitu: bulat pipih berlubang, persegi enam pipih berlubang, bentuk
bunga, bentuk geometris. Umumnya terbuat dari logam, plastik dan nylon.
Manik-manik mulai
dari ukuran terkecil sampai yang terbesar diameter antara 2 mm–2 cm terbuat
dari plastik, logam, nylon, dan batu-batuan atau permata.
j)
Benang
Ukuran dan
pemakaian label benang berbeda-beda untuk setiap benang.
1) Polyester (Benang Polyster)
Bobot benang untuk tujuan yang umum (kurang
lebih berukuran 50), cocok untuk jahitan yangan maupun mesin pada kebanyakan
bahan, tetapi khususnya dianjurkan untuk tenunan sintetis, juga untuk rajutan
dan bahan mulur (Stretch) lainnya
dari serat apa saja. Kebanyakan benang-benang polyster memiliki penyempurnaan dengan malam (Wax) atau silikon untuk membantu bisa menyelip melalui bahan dengan
gesekan minimum.
2) Cotton (Benang Katun)
Suatu ketebalan sedang (medium) ukuran 50. Tersedia dalam pilihan warna
yang kaya, termasuk corak yang beraneka warna (ukuran-ukuran lain hanya dibuat
hitam dan putih saja walaupun warna-warni katun juga ada dengan ukuran 30).
Dipergunakan untuk jahitan mesin dan tangan pada bobot ringan dan sedang
untuk katun, linen, dan rayon. Benang katun biasanya dimerser, supaya berkilau,
dan dapat terwarnai dengan lebih baik. Kekurangan benang katun adalah pilihan
yang tidak dapat diterapkan pada jahitan bahan rajutan atau bahan mulur (Stretch) lainnya, karena setikan
melompat-lompat.
3) Nylon (Benang Nilon)
Merupakan benang yang
kuat. Benang monifilamen ini dibuat dengan dua corak warna transparan serta
dicampur dengan bahan-bahan berwarna terang atau gelap.
Benang nilon
dipergunakan untuk jahitan tangan maupun mesin pada keliman. Benang nilon
memliki keelastisan tinggi, tetapi sangat sulit untuk ditalikan pada ujungnya
dengan hasil memuaskan.
4) Silk (Benang Sutra)
Benang ini dipergunakan untuk setik
tindas-atas (Topstitching) dan lubang
kancing yang dibuat dengan tangan, juga untuk jahitan tangan dekoratif,
termasuk Smocking, dan untuk memasang
kancing-kancing. Ukuran 40-43 tersedia dalam pilihan warna yang luas, tetapi
mungkin sulit untuk didapatkan.
5) Elastic (Benang Elastik)
Benang ini terbuat dari bahan nilon/katun
dibungkus karet (Latex); benang yang
tebal dan sangat mulur (Stretchy),
dipergunakan untuk kerutan-kerutan pada mesin jahit. Benang elastik hanya
diikalkan pada sekoci mesin saja.
6) Stranded Cotton (Untaian Benang Katun)
Enam untaian
benang katun yang dimerser dipintal longgar bersamaan. Biasanya digunakan untuk
pekerjaan tangan dekoratif. Untaian dapat dipisahkan untu pekerjaan yang lebih
halus; misalnya untuk sulaman/bordir.
7) Soft Cotton (Benang Katun Halus)
Benang ini tidak
dimerser, cocok untuk sulaman tangan yang besar-besar (Bold) dan pekerjaan tapestry
(permadani).
8) Mercerised Cotton (Benang Katun Dimerser)
Benang ini cocok
untuk bordir mesin. Mempunyai ukuran berbeda; ukuran 30 (halus) dan ukuran 60
adalah (sangat halus).
Bahan pelapis
adalah bahan yang ditembahkan pada pembuatan busana kain bahan pelapis yang
digunakan pada industri garmen dapat disejajarkan dengan alat, yang mana
berpengaruh terhadap pembentukan pakaian/busana yang bermutu. Bahan Pelapis (underlying) adalah bahan tambahan yang
terletak di bawah bahan utama yang fungsinya antara lain untuk membentuk,
menopang kain, menjaga tetap kuat dari gesekan, lipatan, tekanan dan tahan
rendaman. Juga untuk memberi rasa nyaman saat pemakaian seperti memberi rasa
sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal.
Dalam pembuatan
busana bahan pelapis digolongkan menjadi
4 jenis yaitu lapisan bawah (Underlining),
lapisan dalam (Interfacing), lapisan
antara (Interlining) dan bahan
pelapis (lining) yang biasa disebut
furing (Lining). Masing-masing
mempunyai fungsi yang khusus mempengaruhi penampilan sebuah pakaian/busana.
Jenis-jenis Bahan Pelapis
1. Lapisan Bawah (Underlining)
Adalah bahan
pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan utama pakaian (Garment fabric) biasa disebut lapisan
bawah atau lapisan pertama. Pada umumnya lapisan bawah dimaksudkan untuk
menguatkan bahan utama pakaian serta keseluruhan desain.
2.
Lapisan Dalam (Interfacing)
Adalah bahan
pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah yang dipergunakan untuk menguatkan
dan memelihara bentuk pakaian. Bahan lapisan ini dapat dipergunakan pada
seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan pada
bagian-bagian tertentu saja seperti pada kerah, manset, saku dan lainnya.
3.
Lapisan Antara (Interlining)
Adalah bahan
pelapis lembut dan ringan yang diletakkan diantara interfacing dan lining
pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama dikenakan. Biasanya
untuk lengan baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.
4.
Bahan Pelapis (Lining)
atau biasa disebut furing
Adalah bahan
pelapis yang memberikan penyelesaian yang rapi, rasa nyaman, kehangatan, kehalusan
terhadap kulit, biasanya disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena
merupakan penyelesaian terakhir pada pembuatan busana untuk menutupi bagian
dalamnya.
Untuk suatu
desain semakin berstruktur dan berdetail semakin besar pula kebutuhan akan lapisan
bawah dan lapisan didalamnya. Bobot bahan pakaian merupakan faktor lain untuk
diperhatikan, semakin ringan bobot atau kelembutan dari suatu bahan utama
pakaian, semakin lebih membutuhkan bahan penyokong.
Tidak semua
busana menggunakan keempat jenis bahan pelapis secara bersama-sama contoh pada
pembuatan kebaya cukup diperlukan bahan interfacing
untuk memberi bentuk dan lining untuk memberi rasa nyaman saat
dikenakan namun ada kalanya keempat jenis bahan pelapis digunakan secara
bersama-sama seperti yang terlihat pada gambar 2. 1.

![]() ![]() |
|
3. Konstruksi Bahan
Pelapis
1.
Lapisan Bawah (Underlining)
Hampir semua
jenis bahan dari yang paling ringan, tipis sampai ketebalan sedang dan berbobot
dengan penyempurnaan lembut, sedang atau gemerisik.
Contoh
bahan-bahan pelapis dalam: sutera cina, organdi, organsa, muslin, batiste,
tula, rayon, tricot ringan untuk rajutan/bahan yang halus.






rayon
satin tafeta organdi tula
Gb. 2.2 Contoh bahan Underlining
![]()
Gb. 2.3 Gaun pesta malam
|
Gaun pesta malam
dengan bahan utama renda dan dilapis bahan tricot yang berfungsi sebagai
Underlining sekaligus lining
|
2. Lapisan dalam (Interfacing)
Interfacing terbuat dari bermacam-macam bahan yang berbeda, dengan
konstruksi dan penyempurnaan yang berbeda.
Dilihat dari
kontruksinya interfacing dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu yang berasal dari tenunan (non woven) rajutan (knit)
dan bukan tenunan (non woven).
a.
Tenunan (woven)
Jenis tenunan
yang arah seratnya memanjang saling mengikat. Dalam penggunaannya sebaiknya
mengikuti arah serat. Jenis ini akan membentuk pakaian lebih bagus &
stabil.
b.
Bukan Tenunan (Non
woven)
Proses
pembuatannya tidak ditenun, melainkan dikempa sehingga tidak memiliki arah
serat.
Bahan non woven dibentuk dari serat-serat yang
dilumatkan, direkatkan atau diampurkan dengan bahan bahan kimia.
Interfacing yang tidak ditenun biasanya lebih keras daripada yang
ditenun.
c.
Rajutan (Knit)
Konstruksi kain
rajut berbeda dengan kain tenun. Pada umumnya elastisitas kemuluran bahan rajut
lebih tinggi dari bahan tenun.
Yang juga
termasuk jenis dari rajut (Knit F. Interfacing) adalah welf.
Termasuk
juga interfacing model baru yaitu interfusi atau fusing yaitu pengembangan secara modern yang menggunakan Adhesives (perekat) untuk saling mengisi
serat-serat yang pendek atau bahan direkatkan bersamaan. Ada dua cara dalam
proses perekatan yaitu cara pertama dengan disemprotkan biasanya hasil
perekatnya tidak rata, cara kedua dengan
dilaminating hasilnya lebih rata dan terdapat lembaran plastik yang menempel
pada tenunan. Contoh trubinais
Jenis Bahan
Interfacing Menurut Konstruksinya
No
|
Jenis Interfacing
|
Contoh bahan
|
Ciri dan Kegunaan
|
||||||||
1.
|
Tenunan / Woven
|
Rambut kuda
![]() |
-
terbuat dari
campuran kapas dan rambut kuda/bulu binatang
yang kuat jenis interfacing
ini benar-benar lentur, tebal, kuat dan tidak berperekat
-
untuk memberikan
bentuk dan memperindah busana, Contoh pada jas dan torso
|
||||||||
|
|
Trubinais
![]() |
- sebagai
penegak tekstur sedang sampai kaku
- berperekat
atau tidak berperekat
- diproses fusi, laminit, welf
- sebagai
pengeras, pembentuk pada krah manset dan ban pinggang
- memberi
ketegasan pada detail busana
|
||||||||
|
|
Cufner
![]() |
- tipis sampai
tebal
- tekstur halus
- ada yang
memiliki ketebalan bertingkat (tebal tipisnya tergantung dari kerapatan
tenunan dan besar serat benang yang digunakan
- berperekat
- untuk melapisi
bagian-badan muka, memberi bentuk pakaian, memperbagus jatuhnya bahan (drape)
|
||||||||
2.
|
Bukan tenunan / non woven
|
Vliseline
![]() |
- interfacing bukan tenunan, tipis dan berperekat
- memiliki
berbagai macam warna
- bertekstur
lembut atau kasar, sedang sampai tebal bisa membantu bentuk busana
- untuk melapis
tengah muka, saku, kerah, garis leher, belahan placket
|
||||||||
|
|
Cufner Gula/Pasir
![]() |
- mempunyai daya
elastis tinggi baik yang bertekstur lembut atau kasar
- ketebalan
sedang sampai tebal
- berperekat
- kegunaan
seperti cufner
|
||||||||
3.
|
Rajutan
|
Knit fusible interfacing
![]() |
- Bersifat
lembut sehingga mudah dibentuk dan dlipat sesuai mode busana
- menambah
keindahan bentuk busana, mempertegas garis-garis busana jenis ini baik
digunakan pada seluruh bagian badan pada pembuatan busana pria atau wanita
yang bahan utamanya halus, biasa diterapkan pada busana pesta, misalkan
sutera.
|
||||||||
|
|
Weft
![]() |
- Jenis interfacing yang dirajut dan memiliki
arah serat memanjang dan melebar dalam penggunaannya sebaikkan digunakan arah
serat yang melebar.
|
2.
Lapisan antara (Interlining)
Bahan berbobot ringan, tipis sampai tebal dan kasab
menyerupai busa, katun berbulu:
|
|
3.
Bahan Pelapis (Lining)
Ciri bahan pelapis (furing) adalah lembut, licin, tipis,
ringan dan higrokopis sehingga memberi rasa sejuk saat dikenakan.
Contoh: satin, katun, rayon, Nilon, seperti sutera (silky), trico.







sutera satin silky
trico katun
Gb2.6. contoh bahan lining /furing
4. Fungsi Bahan Pelapis
Fungsi
dari keempat jenis bahan pelapis
1.
Bahan Pelapis Pertama (Underlining)
·
Memperkuat bahan utama busana secara keseluruhan
·
Memperkuat kelim & bagian-bagian busana
·
Mencegah bahan tipis agar tidak tembus pandang
·
Menjadikan sambungan bagian bagian busana atau kampuh
tidak kelihatan dari luar
2.
Bahan Pengeras (Interfacing)
·
Memperbaiki bentuk pada busana seperti kerah, saku, garis
leher
·
Membuat kaku, licin, dan rata pada bagian-bagian busana
·
Menstabilkan dan memberi bentuk tertentu pada bagian
tertentu seperti ujung dan detail pada busana
·
Memperkuat dan mencegah bahan renggang
3.
Bahan Penghangat (Interlining)
·
Satu-satunya
tujuan interlining ini adalah untuk
memberi rasa hangat busana yang dipakai, misalnya jas, mantel atau jaket.
4.
Lining atau furing
·
Menutup bagian dalam konstruksi bagian dalam busana agar
tampak rapi
·
Menahan bentuk dan jatuhnya busana
·
Pengganti petty
coat (rok dalam)
·
Agar bahan tipis tidak tembus pandang
·
Sebagai pelapis berbulu atau kasar seperti wol
·
Untuk memberi rasa nyaman (sejuk, hangat) pada saat
dikenakan
·
Memudahkan pakaian untuk dipakai atau dilepas
5. Penggunaan dan Penempatan Bahan Pelapis
1.
Underlining

·
Dipasang pada bagian-bagian tertentu pada busana misalnya bahan organdi/
organza bisa digunakan sebagai bahan penegak kerah, pada kebaya tanpa harus
merusak motif bahan utama.

|
· Untuk
menyelesaikan lapisan menurut bentuk dan belahan tengah muka juga untuk
memperkuat badan yang akan dihias (dibordir, dipayet).
· Di pasang
diseluruh bagian busana.
2.
Interfacing
Penggunaan bahan
pelapis intefacing
a.
Bagian-bagian tertentu pada busana seperti pada kerah,
lapisan saku, belahan tengah muka, belahan lengan (placket), manset dan sebagainya.
·
Lapisan Leher dan lengan
|




·
Belahan tengah, muka dan ban pinggang
|

|


·
Manset

|
|

·
Kerah dan saku
|

|


|

Gb. 2.8 Contoh
pemasangan interfacing pada bagian
busana
b.
Dipasang pada seluruh bagian busana misalnya pada
pembuatan jas atau blazer
![]() ![]() ![]() ![]() |
Stay tape: pita /plester yang tipis tapi kuat, terbuat dari linen atau katun yang
dijahit sepanjang tepian lapel untuk memperkuat dan menghindari pelebaran
cufner tenunan rapat atau tebal ditempatkan pada bagian atas untuk lebih
memberi bentuk pada badan atas
Pemasangan interfacing hair canvas pada badan bagian muka
|


Gb.2.10 Torso dengan menggunakan interfacing hair canvas/bubat
3.
Interlining
Pemakaian
pelapis dalam, pada pembuatan busana, antara lain:
·
Pada bagian badan jaket, jas atau mantel
·
Pada bagian tertentu pada busana, misalnya bagian badan
atas, kerah & sebagainya
4.
Lining

·
Seluruh bagian dalam dari busana seperti jas, jaket,
mantel, bebe, rok, blus

|
|

·
Pada bagian busana tertentu, misalnya pada bagian badan
atas pada kebaya, lapisan dalam ban pinggang celana. Gb. 2.11 Pemasangan lining pada gaun
|


Gb. 2.12 Pemasangan
lining pada jas
Langganan:
Postingan (Atom)